Suara alunan ombak pantai yang sedang pasang memberikan gambaran ketenangan khas kawasan pantai yang nyaman. Karena kami datang pada saat di pagi hari maka kegiatan dari warga sekitar ataupun kegiatan wisata masih belum banyak dijumpai. Hanya sesekali terlihat nelayan yang membawa kapalnya menuju ke tengah laut.
Sembari menikmati keindahan pagi, kamipun mendengarkan cerita dai Pak Nugroho sebagai warga asli Sangatta tentang kawasan teluk lombok ini. Beliau bercerita bahwa awal terbentuknya Sangatta yaitu berasal dari sini, daerah yang bernama Sangkima. Awalnya wilayah ini didiami oleh kelompok dayak benuaq yang hidup berladang, kemudian datang pendatang bugis wajo melalui selat makassar menuju tempat ini. Dengan kedatangan warga bugis ini maka kelompok dayak benuaq akhirnya berpindah. Generasi berikutnya warga kutai mulai berdatangan dan hidup di sini. Pada perkembangan selanjutnya, wilayah sangkimah semakin berkembang dengan adanya pertambangan minyak. Sehingga mulai bertumbuhlah penduduk dengan adanya para pendatang pekerja minyak hingga ke wilayah Sangatta selatan. Seiring dengan perkembangan pertambangan batu bara oleh KPC, maka semakin besar dan komplekslah penduduk dan wilayah Sangatta ini.
Setelah puas berada di dusun Sangkima Airport, perjalananpun dilanjutkan menuju dusun Sangkima Lama. Di sinilah wilayah yang di sebut kampung lama, yaitu salah satu kampung awal yang berdiri di Sangatta. Menempuh sekitar 30 menit dari dusun Sangkima Airport maka kamipun sampai di dusun Sangkima Lama. Di dalam perjalanan kami melewati kampung dan perumahan Pertamina. Pada awalnya saya menyangka wilayah ini tidak begitu ramai, tetapi sesampainya di Sangkima Lama saya cukup terkejut karena melihat banyaknya sawah dan kebun warga, adanya saluran "dam" irigasi, sekolah, kantor desa serta kampung-kampung penduduk. Perjalanan kami ke kampung lama ini bertujuan untuk melihat buaya. Namun sayang, air sungai sedang pasang naik, sehingga kamipun gagal untuk menemukan buaya. Untuk itu kami hanya mendengar cerita dari penduduk sekitar tentang buaya Sangkima. Pak Hanan namanya, beliau adalah seorang pemburu buaya. Buaya yang terdapat di Sungai Sangkima ini ada sekitar 20an lebih, dengan ukuran mulai dari yang kecil hingga menurut kesaksian beliau ada yang sampai sekitar 20 meter. Dengan bertambahnya penduduk di sekitar sungai maka buayapun terdesak dan mulai meninggalkan sungai ke arah yang lebih dalam lagi, yaitu ke muara. Beliau bercerita pada dasarnya beliau hanya memburu buaya yang "nakal". Apabila buaya sudah mulai memangsa binatang ternak, atau mengganggu manusia maka pak hanan akan memburu buaya ini dan kemudian dibunuh agar tidak terjadi kenakalannya lagi.
Setelah puas melihat tengkorak buaya, rombongan kamipun pamit untuk kembali ke kota. Sekitar perjalanan 1 jam sampailah kami di kota dan beristirahat sejenak untuk makan siang dan menunggu rombongan lain yang akan pergi bersama menyusuri sungai menuju muara Sangatta. Setelah cukup istirahat kami bergerak ke kampung tengah untuk menuju dermaga kapal yang akan membawa kami menyusuri sungai Sangatta. 15 menit waktu berselang kamipun sampai. Sekitar 30 menit waktu persiapan, kami berangkat dengan kapal klotok yang berukuran agak besar menuju muara. Kapal ini dapat bermuatan sekitar 15 orang.
Jenis-jenis binatang yang kami temui di sepanjang perjalanan ini adalah monyet, bekantan, burung elang, burung elang laut putih, burung raja udang, burung bubut, dan berbagai jenis burung-burung kecil lainnya. Sekitar 4 jam kami disuguhkan pemandangan asri dan menarik dengan berbagai flora dan faunanya. Perjalanan pulang kamipun ditutup oleh matahari terbenam yang indah di langit barat kota Sangatta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar